Space Tersedia (Cantact Me)

Potret dan Kisah #2

Aku hanya bisa tersenyum dan berterima kasih untuknya, beliau yang seorang ibu telah menyimpan sesuatu yg sebenarnya bisa saja ia buang dari dulu. Aku memang belum sempat mengenalnya. Hanya beberapa kali saat beliau hendak membeli rumah ini dahulu, dan bahkan aku hampir tidak ingat. Aku hanya bisa mengingat dan melihat dengan perasaan betapa baik hati seorang ibu ini yg terduduk bersama senyum kasih bersama anak-anaknya.

"... Ibu, terima kasih banyak, karna kebaikan ibu telah menyimpan dan memberikan kembali kenangan saya. Saya mungkin akan kembali kesini untuk mengunjungi ibu dan keluarga ibu. Sekali lagi terima kasih banyak"

Aku bergegas, sepertinya sudah terlalu sore untuk berjalan melewati jalanan yg gelap. Ya tuhan, aku bahkan lupa menanyakan nama beliau. Aku terlalu terburu-buru hingga lupa hal sekecil itu. Ada sedikit rasa takut dalam hati kecil saat berjalan melewati tempat yg sebelumnya aku lalui namun dalam waktu yg berbeda. Kini hari semakin gelap, bias cahaya dari sela-sela pohonpun hampir tidak lagi kulihat. Aku berjalan dengan hati-hati. Ada perasaan bahagia, sedih, saat aku melewati bagian belakang dari rumah ini lagi.

Quote :
"Kita akan merasakan kehilangan saat hati itu telah mengetahui perasaan yg sesungguhnya dari sebuah perpisahan"

Para tukang kayu mungkin sudah pulang, hanya ada dua kakek yang berjalan yang searah denganku sambil menyalakan penerangan api alternatif dari sumbu serat kayu pinus dan minyak kayu pinus. Baunya bisa kucium dengan jelas, menurutku ini wangi khas dari minyak kayu pinus yg di bakar, wangi yang tidak biasa ku cium di padatnya perkotaan. Yang satunya memanggul ranting kayu yg lumayan cukup banyak, yang telah diikatnya dengan tali dari pelepah pepohonan. Aku berjalan lebih cepat agar aku bisa bersama dua kake itu.

"Kunaon jang lulumpatan..!!"
"Enya kade tisoledat, leu'eur kade jang.."
"Duh, abi teu nanaon ki.. Mung sieun papah nyalira.. Aki bada kamarana ieu..??"
"Bade katonggoh jang.."
"Bareng teu sawios-wios.. Meh abdi aya batur.."
"Teu sawios-wios atuh, hayu bareng.. Bade kamana kitu?"
"Ka tonggoh oge ki, warung anu di tonggoh itu"
"Sok atuh ku aki jajap nya"
"..linggih teh timana? Atos ti mana?"
"..."

Mungkin kedua kake tadi sedikit kaget dan aneh denganku saat berjalan cepat menghampiri mereka. Tapi syukurlah, setidaknya aku ada teman mengobrol. Mereka bukan hanya menemaniku berjalan kaki namun bahkan hendak mengantarku hingga ke warung di atas sana, dimana aku menyimpan sepeda motorku. Sungguh santun dan berbeda dengan orang-orang yg hidup di lingkunganku hidup.
Raut muka lelah, namun bisa kulihat suatu ketulusan untuk apa yg mereka jalani. Bekerja, lalu kembali dengan senyum penuh keikhlasan untuk keluarganya. Itu hanya pemikiranku yang sudah terlalu penat dengan aktivitasku selama ini.

Hari semakin senja, tak ada lagi cahaya, hanya ada sedikit cahaya bulan dan penerangan dari lampu-lampu pinus. Udara sejuk yg menjadi dingin, suara suara serangga dari rimbunya pepohonan. Betapa tuhan telah menciptakan semua ini dengan sangat sempurna. Nyanyian alam, suasana indah, pemandangan yg hanya bisa kurasakan dengan perasaan kagum untuk semua ciptaanya. Arahku kini hanya mereka berdua hingga ke atas sana, karna yg bisa kulihat hanyalah aku yang tak mengetahui apa-apa, walaupun tadi aku berjalan di tempat ini dengan arah yg berbeda.

Quote :
"Saat duniamu terang, kamu bisalah menjadi orang pandai yang bisa mengetahui. Namun saat duniamu senja, kamu hanya bisa menerka apa yg pernah kamu lewati hingga perlu beberapa kali sampai menjadi dirimu yg sudah terbiasa"

Aku kira ini akan sedikit lama dan jauh, aku yg tadi siang memanjat pagar, sekarang aku berjalan memutar ke arah barat dari sini bersama kedua kake ini. Ya akupun tidak bisa memaksakan mereka untuk ikut memanjat, Padahal aku sudah bisa melihat lampu terang sinar petromax dari warung itu.

"Nah, ujang tinggal papah tidieumah ka kulon, dan tos cakeut.. Abi bade tipayun uih ka kaler.. "
"Muhun ki, hatur nuhun pisan..."
"Sawangsulna, ati-ati jang.."
"..."

Adakalanya aku bisa melihat dengan indahnya potret kehidupan dari bingkai ini tanpa harus menyimpanya dalam sebuah media. Inilah sebuah momen indah yg bisa ku ambil gambarnya dari dalam hati. kedua kake itu berjalan menjauh, hingga hanya bisa kulihat siluet dari keduanya berjalan. dan di arah pandanganku bisa kulihat rumah itu dan keduanya. Ini benar-benar sangat indah.

Dan kini aku harus kembali dari keindahan ini. Tak banyak bisa kutemukan hal-hal seperti ini di sana. Tapi aku akan selalu bisa merasakanya di dalam hati.

"Andra Permana Halim"
Sent from Andrastorm Lab

About the Author : . Jangan tanya kenapa anak labil ini bisa menulis. Andra sangat menyukai Semua hal di bidang Informatika. Sesekali menulis Tentang Keseharian dan wawasan yang banyak di jumapainya.

0 comments:

Komentari Tulisan Si Andra

Please Follow me on Twitter | Facebook | RSS Feed