Space Tersedia (Cantact Me)

Gerabah Masa Lalu

Hening, bak sebuah kantung hati yang tertutup rapat. Sepi dan hampir tak bisa kurasakan hangatnya kasih. Cahaya keemasan dari beberapa lampu jalanan yang berjajar kokoh menerangi sosok yang sendu. Bisa kurasakan sayup-sayup bisikan kota yang masih membaur bersama angin menemani langkahku.

"Ibu, maaf aku nggak pulang malam ini..."

Lalu aku tutup kembali messenger di ponselku dan memasukanya kembali kedalam kantung saku celanaku. Sesekali aku mengambil gambar itu yang aku bidik dari kameraku. Sesungguhnya itu adalah perasaanku yang terwujud kedalam sebuah gambar. Aku berjalan diatas trotoar menyusuri satu jalan di kota bandung.

Kedai-kedai makanan di pinggiran jalan ini masih seperti dulu. Para pengunjung kedai, para pekerja, pengamen, pengemis, penjaga lapak parkir bebas, semuanya tak pernah berubah. Mereka datang untuk satu keperluan dengan orang-orang yang membutuhkan mereka didalamnya dan juga mereka yang mencari recehan dari keduanya.

Aku duduk di depan sebuah kios rokok sambil kupandangi arah sebrang sana. Dimana seseorang tumbuh dalam kerasnya jalanan dan dunia malam. Alunan gitar dan lagu dari seorang pengamen kecil yang lusuh. Mataku selalu tertuju ke arah tiang lampu yang ada di sebrang sana, seolah aku sedang mengenang masa itu. Bayangan itu, seorang anak yang tetap bernyanyi sambil menahan rasa lapar, menahan rasa dingin. Seolah hal itu kulihat jelas dari sini.

Dia berlari dari satu kedai ke kedai lainya tanpa rasa lelah sepertinya, melantunkan alunan gitar dan nyanyian malamnya. Recehan demi recehan walau terkadang kulihat dia menunduk karna rasa iri dan malu kepada mereka yang tertawa dalam bahagia.

Dia terkulai lelah dan bersandar di tiang itu. Di peluknya gitar kecilnya sambil menundukan kepala. Dia terlihat sangat lelah dan sedih.
aku memanggilnya dan melambaikan tanganku ke arahnya berharap dia menolehkan kepalanya ke arahku.

"Hey, berdiri.. Kamu tidak selemah itu. Lihat ke arahku... lihat. Aku baik-baik saja dalam usia dewasaku, aku-kamu...lihatlah aku dapat tersenyum, Aku jauh lebih baik. Bangkit ayo bangkit..."

Aku menyadari, itu hanyalah bayangan dari masa laluku yag pahit. Seorang aku kecil yang tetap berjuang dalam pahit dan kerasnya kehidupan yang sungguh nyata. Aku yang dengan gitar kecilnya selalu bernyanyi menghibur mereka dengan nyanyian malam. Walaupun kadang rasa kesepian lebih sakit dari rasa laparku. Seorang aku yang menangis dalam nyanyianya berharap sebuah kasih sayang yang tak pernah termiliki.

Bagaikan sebuah Gerabah yang dapat menyimpan semua masa lalu, hingga suatu saat bisa kubuka kembali sebagai sebuah kenangan. Dan kenangan itu akan tetap tersimpan didalamnya, di dalam gerabah Hati yang tidak satu halpun bisa terbuang dari dalamnya. Kita tercipta hanya untuk menciptakan kenangan dan tidak untuk membuangnya. Tinggal bagaimana cara kita untuk menatanya hingga menjadi lebih baik.
Sent from Andrastorm Lab

About the Author : . Jangan tanya kenapa anak labil ini bisa menulis. Andra sangat menyukai Semua hal di bidang Informatika. Sesekali menulis Tentang Keseharian dan wawasan yang banyak di jumapainya.

0 comments:

Komentari Tulisan Si Andra

Please Follow me on Twitter | Facebook | RSS Feed